Selasa, 16 Agustus 2011

Penyakit Trofoblas Gestasional ( PTG )

Definisi:
-    PTG (Penyakit Tropoblast Gestasional): kegansan yg meliputi mola invasive & koriokarsinoma
-    Diagnosa: berdasarkan data klinik dgn/tanpa histology. Pemeriksaan histology sering tdk memngkinkan karena pada/usia muda yg masih perlu organ reprod.
penyakit tropoblas yg punya tendensi neoplastik, termasuk:
                                                mikroinvasif, chorio Ca, placenta site tropoblastic tumor
-          80% molahidatidosa®remisi pasca evakuasi
-          20%®PTG


Dikatakan  Klinis PTG, Jika:
-    Kadar hCG yg me↑ 2 mgg/>
-    Kadar hCG yg menetap 3 mgg/>
-    Kadar hCG di atas N s/d 14 mgg setelah evakuasi
-    Uterus > N dgn kadar hCG > N
-    Pdrhn dari uterus dgn kadar hCG > N
-    Dijumpai lesi metastasis dgn kadar hCG > N

Gangguan Klinik:
-          Riwayat evakuasi mola/ kehamilan lain
-          Pedarahan pervaginam tdk teratur
-          Batuk darah, sesak, nyeri ulu hati
-          Keluhan ~ metastasis
Pemeriksaan fisik:
-          ~ Organ yg terkena (Po, otak, hati, dll)
Pemeriksaan ginek:
a. Trias Acostasizon:
-          H: history: pasca mola, partus, ab, KE, dll
-          B: bleeding: pdrhn pervag tdk teratur
-          Es: enlargement & Softness: p’> uterus & melunak
b. Kista Lutein uni/bilateral
c. Bintik biru tumor pd vagina
Lab: b hCG tingi/tdk ¯ memadai setelah evakuasi mola
Thorax foto, DL, LFT, RFT, USG abd, pelvis, CT scan


Stadium FIGO:
Std I: tumor terbatas pd uterus
Std II: tmr meluas ke org genitalia lainnya
Std III: tmr metastasis ke paru-paru dgn atau tanpa perluasan genital
Std IV: metastasis jauh, dgn atau tanpa metastasis paru

        Std A: faktor risiko (-)
        Std B: dgn 1 faktor risiko
        Std C: dgn 2 faktor risiko
   Faktor risiko:
-          hCG urine: > 100.000 U/ml/ hCG serum > 40.000 U/mL
-          Interval Dx PYG dgn berakhirnya kehamilan yg > 6 bln

WHO scoring system:
Paramater: umur, kehamilan sebelumnya, interal, kadar hCg serum sebelum terapi, ukuran tumor terbesar, tempat metastasis, jmlh metastasis & kegagalan kemoR/ sebelumnya. Skor tsb dgn interval 0-4.
Risiko rendah: < 4; resiko sedang: 5-7;  resiko tinggi: > 8




Skoring WHO
Item
0
1
2
3
Umur
< 39
> 39


Antaseden
Molahidatidosa
Abortus
H aterm

Umur (bln) keH yll
4
4 - 6
7 - 12
>12
hCG
103
103  - 104
104  - 105
>105
ABO (♂/♀)

O x A
A x O
B
AB

Besar tumor (cm)

3-5
5

Tempat

Lien, ginjal
GI, hati
Otak
å metastasis

1 - 4
4 - 8
8
KemoR/ sebelumnya


1 obat
> 2 obat
Skor: < 4: risiko rendah, 5-7: risiko sedang, >7: risiko tinggi

Klasifikasi mnrt Hammond:
- PTG tdd 2: PTG tdk bermetastasis & PTG bermetastasis
- PTG bermetastasis tdd risiko rendah & risiko tinggi
- PTG bermetastasis risiko tinggi: hCG urine > 100.000 U/ml atau hCG serum > 40.000 U/ml, interval > 4 bln, metastasis ke otak/hati, kegagalan kemoR/ sebelumya, kehamilan sebelumnya adalah kehamilan aterm

Terapi:
-                     Std I (FIGO- terbatas pd uterus), risiko rendah (WHO) & PTG non metastasis: 
                        R/ satu jenis obat (MTX atau  actynomycin D, atau etapuside)
-                     Std II/III~vagina/pelvis,s/d paru, dgn atau tanpa peny pd uterus, vagina, pelvis,  risiko intermediat serta PTG metastasis risiko rdh: 
                        R/ kombinasi 2 obat
-                    Std IV-otak, hati, ginjal, atau GI tract , risiko tinggi, serta PTG metastasis risko tinggi: 
                        muti kemoR/ (MAC, EMA-CO, CHAMOCA).

Prognosis: Std I atau PTG non metastasis : baik, R/ → kesembuhan 100%. PTG metastasis ke paru-paru: prognosis baik.



-    R/ sitostatika:
Diberi s/d b hCG N® lanjut 1-3 seri after course
Perubahan regimen:
-          hCG terus ­/tetap setelah kemoR/ 2 seri
-          tanda metastasis (+)
-          resisten: bila 5 seri® b hCG ¯ ttp tdk s/d N
Remisi: b hCG N 3x berturut-turut, interval 2 mgg

- MTX: - 20 mg/h (0,4 mg/kgBB/hr im)
             - atau 3 x 5 mg/hr (5 hr) interval 7-10 hr
- Actinomicyn D: 0,5 mg/hr atau 10-12 mcg/kg BB iv (5 hr) interval 7-10 hr
- MCA: - MTX 15 mg/hr im, Ac D: 0,5 mg/hr iv & Clorambucyl 10 mg/hr p-o (5 hr) interval 2 mgg
Follow up:
-          Ax & Px: - keluhan, px/ fisik umum, ginekologi, b hCG, dll ~ indikasi
-          Jadual:
-                3 bln I: @ 2 mgg
-                3 bln II: @ 4 mgg
-             6 bln II: @ 8 mgg
-                1 th II: @ 3 bln, selanjutnya @ 6 bln, tdk H s/d 2 th

    

Jumat, 05 Agustus 2011

Nyeri Haid datang, coba lakukan ini

Sebenarnya sebagian besar wanita mengalami kram sewaktu haid, cuma saja dalam kadar yang berbeda-beda. Itu hal biasa, karena waktu haid hormon prostaglandin (zat yang membuat otot rahim berkontraksi dan merontokkan lapisan dindingnya) bereaksi. Hanya memang sebagian wanita ada yang mengalami kram yang hebat, sampai ada rasa mual, diare, dan perlu obat penghilang rasa sakit. Kram pada perut selagi haid itu disebut dismenorea yang artinya “haid yang sakit”.

Dismenorea ini ada dua, primer dan sekunder. Bila tidak ada kelainan ginekologis, rasa nyeri itu disebut dismenorea primer. Penderita nyeri haid ini diperkirakan memiliki tingkat hormon prostaglandin yang tinggi, sehingga kontraksi yang terjadi lebih hebat dan membuat saraf jadi lebih sensitif terhadap rasa sakit. Dismenorea primer tidaklah berbahaya. Rasa nyeri ini biasanya hilang pada pertengahan usia 20-an atau setelah melahirkan.

Sedangkan dismenorea sekunder adalah rasa nyeri karena adanya gangguan ginekologis. Hal ini disebabkan karena adanya tumor fibroid (tumor jinak pada dinding rahim), endometriosis, kista atau tumor pada dinding indung telur. Untuk penderita dismenorea sekunder ini biasanya dokter akan melakukan usaha menangani penyebabnya.

Apa yang bisa dilakukan untuk mengatasinya?

Memberikan kompres/bantalan panas dan melakukan peregangan lembut merupakan salah satu obat alami menghadapi kram karena haid. Melakukan olahraga cukup sehari-hari dan membatasi berat tubuh juga merupakan hal penting.

Ada yang berpendapat bahwa mengonsumsi magnesium dengan dosis sekitar 100 mg 3x sehari mulai dari minggu sebelum dan sampai masa haid mungkin akan merilekskan otot-otot rahim sehingga mencegah terjadinya kram.

Ramuan tanaman obat berikut ini mungkin bisa dipilih untuk meringankan keluhan:

- 2 siung bawang putih (Allium sativum L.), kupas, cuci. Kunyah sampai halus, telan, kemudian minum 2 sendok air hangat. Lakukan ini 2x sehari.
- 20 helai daun beluntas (Pluchea indica Less.), rebus, remas-remas sampai hancur, lalu seduh dengan segelas air panas, beri asam dan garam sedikit, saring. Minum selagi hangat. Lakukan ini 2x sehar.
- Minum 2x sehari air kelapa (Cocos nucifera) yang diberi gula kelapa, selama 3 hari berturut-turut menjelang haid.
- 25 g wortel (Daucus carota L.), cuci, potong-potong, beri air, lalu blender. Minum ini 2x sehari.
- Atau bisa juga dengan gula merah, dan asam jawa (Tamarindus indica L) yang diseduh air panas, diminum hangat-hangat pada hari pertama haid; jumlahnya tidak dibatasi.

Kalau harus minum obat bebas, yang paling sederhana adalah tablet penghilang rasa sakit parasetamol. Obat-obatan antiradang nonsteroid seperti ibuprofen, metampiron, dan asam mefenamat, bisa membantu menghilangkan nyeri haid dengan cara menurunkan kadar prostaglandin di rahim. Dengan rendahnya kadar prostaglandin ini juga akan mengurangi intensitas kontraksi rahim. Mengingat efek obat ini baru disarakan satu jam kemudian, maka sebaiknya obat ini dimakan begitu mulai ada tanda awal akan terjadinya nyeri. Ingat juga, untuk makan dulu sebelum menelan obat ini, karena bisa mengiritasi lambung. Bila nyeri sudah hilang, obat tidak perlu diminum lagi.

Bila nyeri masih dirasa selama haid berlangsung atau lebih dari tiga hari, sebaiknya ke dokter ginekolog untuk mengetahui kemungkinan ada penyakit lain yang menyerang bagian reproduksi Anda.

Jumat, 03 Juni 2011

Gangguan Seksualitas Wanita

Disfungsi seksual pada wanita kerap dianggap remeh. Padahal, kehidupan seksual yang sehat menjadi salah satu indikator kesehatan. Dan, tak adanya minat berintim-intim bisa menyebabkan pernikahan bisa berantakan. Kenali penyebabnya sebelum terlambat!
Randy (31) belakangan ini agak kesal pada Anita (29), istrinya. Baru dua bulan menikah, Anita sepertinya enggan setiap kali diajak bermesraan. "Selalu ada saja alasan. Capek, lah. Sedang haid, lah," curhat Randy pada sahabatnya, Aji.
Ternyata Anita memang hanya mencari-cari alasan untuk menghindari hubungan seks. Anita merasa tak ada gairah. Kendati masih berstatus pengantin baru dan baru sebentar mengenal dan "mencicipi" seks, dia merasa sudah cukup dan tak tergerak untuk melakukannya lagi.
Apa yang terjadi pada Anita bisa saja terjadi pada perempuan lain, termasuk Anda. Bisa jadi Anita sedang mengalami gangguan disfungsi seksual. Ya, gangguan ini ternyata tak hanya dialami kaum pria.
Menurut dr. Naek L. Tobing, psikiater, sex educator, dan sex counselor, disfungsi seksual merupakan suatu gangguan fungsi seksual dimana fungsi ini dibutuhkan manusia untuk melakukan kontak seksual yang normal. Pada perempuan, disfungsi seksual meliputi lima hal:
- Penurunan/gangguan nafsu atau libido
- Gangguan terangsang (arousal)
- Gangguan orgasme
- Dispareunia (kondisi dimana vagina kering)
- Vaginismus (kondisi dimana vagina langsung berkerut setiap kali akan berhubungan seks sehingga tidak jadi berhubungan).
Dari kelimanya, yang paling sering diderita adalah tiga hal pertama. Dan dari ketiganya, hasrat atau libido memegang peranan penting. Jika tidak ada hasrat, seorang perempuan tidak bisa terangsang. Bila tidak terangsang, walaupun bisa berhubungan seks, otomatis tidak bisa orgasme.
INTINYA: LIBIDO
Benar, disfungsi seksual terberat adalah gangguan libido atau penurunan keinginan berhubungan seks (hypo sexual desire disorder). Kendati demikian, perempuan masih bisa melakukan hubungan seks karena alat kelaminnya bersifat rongga, dalam arti menerima. Berbeda dengan pria yang jika tidak ada libido, alat kelaminnya bisa "mati".
"Perempuan masih bisa berhubungan seks, minimal melayani pasangannya sehingga kadang-kadang gangguan libido ini tidak kelihatan. Bisa dipalsu atau fake. Walaupun itu bisa ketahuan bagi pria yang punya pengetahuan," papar Naek.


Gangguan libido bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu primer dan sekunder.
1. Primer
Disebut primer karena penyebabnya terjadi sejak awal atau sebelum dia mengenal seks. Naek mengatakan, memang ada perempuan yang sejak awal menikah atau bergaul dengan laki-laki, hasratnya kurang. Walaupun untuk perempuan yang belum menikah tidak bisa dipastikan begitu.
"Sebelum menikah, seorang perempuan bisa saja tidak mau berpegangan tangan dengan pacarnya karena memegang prinsip agama, dan sebagainya. Itu mungkin saja. Tetapi bisa saja dia memang memiliki gangguan libido. Itu yang susah ditebak dan tidak bisa dipastikan," ujar pria yang buka klinik di Jalan Pakubuwono, Jakarta, ini.
Sembilan puluh persen gangguan ini disebabkan oleh faktor psikologis. Perempuan yang sudah menikah pasti ingin berhubungan seks sejak dia resmi menikah dan mengalami malam pertama. Bila keinginannya setengah-setengah atau ingin hanya karena "aturan" (bukan karena hasrat), patut diwaspadai.
Ada juga perempuan yang enggan berhubungan seks atau hanya berhubungan seks karena ingin punya anak. Dalam hal ini, otomatis pengetahuan seks perempuan tersebut kurang dan tidak tahu apa sebenarnya seks.
Selain itu, yang bersangkutan biasanya juga tidak sadar kalau dia mengalami gangguan libido dan biasanya yang mengeluh adalah suaminya. Parahnya, jika tidak diobati dan dicari penyebabnya kemungkinan perempuan tersebut akan bisa mengalami gangguan libido seterusnya.

2. Sekunder
Berbeda dari primer, pada penyebab sekunder, libido seorang perempuan mula-mula normal dan pada suatu waktu menurun. Dalam hal ini dia sudah pernah menikmati bagaimana berhubungan seks dan jika sewaktu-waktu hasratnya turun, bukan tidak mungkin dia mengalami gangguan libido.
Menurut Naek, dalam kasus ini penyebabnya mudah diketahui karena dulunya perempuan tersebut normal, dalam arti punya hasrat, terangsang, dan bisa orgasme. "Tanya kenapa dan cari penyebabnya. Biasanya mudah didapat penyebabnya dan setelah itu perbaiki penyebabnya," sarannya.
Penyebabnya ada tiga hal, pertama, faktor psikologis. Kedua, hubungan suami-istri seperti perselingkuhan dan kekerasan dalam rumah tangga (ini merupakan penyebab terbanyak). Ketiga, fisik. Yakni karena berkurangnya hormon (banyak ditemui pada perempuan yang mendekati atau mengalami menopause), narkoba, dan sejumlah penyakit seperti liver, diabetes, ginjal, dan hipertensi.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...